Bagaimana menjadi manusia yang mengaku dirinya beragama? Apakah yg harus diperhatikan dan dilakukan? Menjadi manusia yang mengaku dirinya beragama, syarat yang pertama sekali, bukan harus bisa membaca kitab sucinya atau menghafal kitab suci, meskipun membaca dan menghafal kitab suci adalah sesuatu yang baik. Yang pertama kali harus dilakukan justru harus siap untuk mengubah cara berfikir. Seorang manusia yang beragama ditandai dengan cara berfikirnya. Kita dihadapkan pada kenyataanh idup yang sering tidak cocok dengan selera kita. Namun dengan menghadapi kenyataan dengan apa adanya ini akan membuat kita menjadi dewasa dan bijaksana. Kita contohkan bahwa ketika mengidap penyakit, maka seorang harus mau mengakui bahwa diri kita sakit. Agama mengajak kita untuk melihat kenyataan hidup dengan apa adanya, dengan terus terang, tanpa screen. Oleh karena itu, meskipun berat dan pahit, kalau kita mau melihat kenyataan dan menerima kenyataan, maka kita akan berpikir secara dewasa dan sikap kita akan menjadi sikap yang bijaksana. Menutupi penyakit adalah sikap yang kekanak-kanakan; karena itu sikapnya, tindakannya, perbuatannya kemudian tidak akan bijaksana. Sehingga perbuatannya akan menghancurkan dirinya sendiri. Inilah gunanya beragama. Kita ditantang, diminta kesanggupan kita, bukan hanya kesanggupan untukmenyumbang sesuatu untuk tempat ibadah kita, bukan! Bukan pula kesanggupan untuk membaca kitab suci atau menghafalnya. Tetapi kesanggupan untuk mengubah cara berpikir dan kesanggupan untuk berani melihat kenyataan sebagaimana adanya; sehingga sikap, tindakan dan prilaku kita menjadi dewasa dan bijaksana. Kita hidup pasti membutuhkan materi, dan kita tentu tidak menginginkan hidup melarat, makan nasi-garam,selesai. Tidak pernah ada ajaran yg demikian. Tetapi yang diminta oleh agama adalah bagaiamana memandang materi itu. Agama tidak menganggap uang, materi, kendaraan, rumah, tanah itu adalah jelek,kotor dan dosa. Tidak sama sekali, Karena materi dan uang adalah netral. Sama seperti listrik, bukan suatu yang penuh cinta kasih, tetapi juga bukan sesuatu yang kejam. Listrik bisa membakar rumah, membunuh manusia, tetapi bisa pula menerangi kita, membangkitkan mesin. Kalau saudara memandang uang, materi, rumah, mobil dan sebagainya itu bukan sebagai kekayaan atau sebagai milik melainkan sebagai alat untuk menyejahterakan keluarga, alat untuk melakukan kebaikan yang lebih banyak dalam kehidupan ini, maka itulah cara berfikir sebagai orang yang beragama. Semua orang senang akan kesenangan, kebahagian. Tetapi merupakanselera atau keinginan manusia kemudian untuk mengukuhi, menggenggam kesenangandan kebahagiaan menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Dan menurut kenyataan,hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Kalau kita sudah siap mengubah cara berpikir bahwa memang segala sesuatu didunia ini adalah tidak kekal –kebahagiaan maupun kepuasan adalah tidak kekal, demikian juga dengan problem, kesulitan, kesedihan adalah tidak kekal. Maka kita sudah harus siap menghadapi dunia ini dengan segala perubahannya. Adalah orang yang paling kecewa didunia ini yang menganggap segala sesuatu didunia ini adalah kekal atau abadi. Adalah orang yang paling tidak bahagia didunia ini yang mengukuhi segala sesuatu yang menyenangkan karena segala sesuatu itu adalah perubahan. Mengubah cara berpikir seperti ini amatlah membantu. Sikap memandang dunia ini atau menanggapi segala sesuatu dengan jelas, benar & sesuai dengan kenyataan adalah sesuatu yg amat membantu. Ini lebih berharga daripada saudara mempunyai macam-macam benda pusaka. Pusaka yang bisa dimasukan kedalam pikiran itulah yang paling berharga. Pusaka pengertian yang sesuai dengan kenyataan. Dan untuk itu saudara dituntut untuk siap mengubah sikap berpikir saudara semula. Sekali lagi, memang belajar melihat kenyataan dengan terus terang ini adalah berat. Pahit! Karena tidak sesuai dengan selera atau kehendak kita. Selera kita menginginkan kenikmatan, kesenangan, kebahagiaan yg senantiasa dan terus menerus. Tetapi itu adalah tidak mungkin! Amat berat untuk menerima kenyataan kalau itu sudah berubah. Tetapi itulah kenyataan. Kalau saudara berani menghadapi kenyataan itu luar biasa! Bagaimana agar menjadi Berani? Harus siap mengubah cara berpikir yg sesuai kenyataan. Sekarang jangan lagi menganggap segala sesuatu itu abadi, kekal, termasuk penderitaan, kesulitan,problem – karena semuanya tidak kekal. Sekarang jangan lagi menganggap bahwa hidup adalah untung-untungan, pemberian atau hadiah. Tetapi mulai sekarang harus menganggap bahwa Hidup Adalah Perjuangan. Hidup ini adalah tidak kekal. Kita harus melihat kenyataan itu, sehingga kita tidak diputar-putar didalam perubahan yang tidak kita kehendaki. Kita harus menjadi dewasa sehingga kita menjadibijaksana. Tantangan bagi kita adalah bagaimana kalau kita menghadapi persoalan atau problem. Karena lingkungan, kolega, pekerjaan, pasangan, anak-anak, kita tidak akan selamanya cocok dengan selera atau kemauan kita. Suatu saat kalau lingkungan tempat kita bergantung sudah tidak bisa menyenangkan kita lagi, maka habislah kita. Saudara merasa kebahagiaan saudara dirampok. Kalau masih 1 atau 2 problem dan saudara masih punya kenikmatan dibidang lain, maka tidak ada persoalan. Tetapi kalau problem itu datang bertubi-tubi dan bersamaan, semua tempat saudara bergantung tidak dapat memuaskan saudara, habislah kebahagiaan saudara. Seperti digoreng habis-habisan. Mampukah saudara bertahan? Kalau saudara mempunyai simpanan didalam batin, saudara akan bisa bertahan. “Andaikata lingkungan sudah tidak bisa lagi sesuai dengan selera saya, saya masih mempunyai kesenangan dan kebahagian batin.”Dengan demikian saudara akan bertahan. Darimanakah kita bisa mendapatkan kebahagiaan batin? Yakni dari pengetahuan mengenai hakikat kehidupan ini sebagaimana adanya, dan melakukankebaikan. Inilah gunanya melakukan kebaikan. Saya tidak bicara kalau berbuat baik, akibat karmanya begini-begitu tetapi kebajikan itu akan menjadi simpanan batin. Tidak terasa – seperti anda menabung di bank. Mungkin saudara berkata “Apa gunanya sih menabung, mengurangi jatah?” Tetapi nanti kalau saudara tiba pada keadaan yang sangat menyulitkan, saudara baru bisa merasakannya. Inilah keuntungannya orang menabung berbuat baik. Menabung didalam batin. Untuk suatu saat kalau kita jatuh dalam kesulitan, kita mampu tetap bertahan, punya daya tahan yang kita bangun sendiri. Tidak ada orang yang menghadiahkan daya tahan, kesabaran, kekuatan dan lain-lain. Semua itu harus dilatih, ditubumbuhkan didalam diri, oleh diri sendiri, sebagai kekayaan pribadi didalam. Inilah ajaran semua agama. Memang tidak simple atau mudah. Ajaran agama itu tidak menawarkan 2 alternatif: percaya atau tidak. Agama tidak sesimpel itu. Tetapi kita dituntun seperti orang yang buta, lalu diobati, dibimbing pelan pelan, bagaimana untuk menghadapi kehidupan ini, supaya bisa berdiri d iatas kaki sendiri. Sulit Memang! Hasil- hasil besar yg ada didunia ini bukanlah suatu kebetulan. Orang-orang besar yang bisa menemukan penemuan besar , spritual atau material didunia. Iilmu tidak ada yang kebetulan. Semua itu adalah perjuangan. “Atana va sudantena, Natham Labari dullabham” (Setelah dapat mengendalikan diri sendiri dengan baik, seseorang akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari) Siapa yang bisa melindungi diri kita, yang paling setia, yangg tidak berkhianat, yg paling aman? Yaitu Pikiran kita sendiri yang sudah dilatih. Karena itu dengan melatih diri sendiri, akan mendapat keuntungan yang sukar dicari yaitu pelindung yang setia. Marilah kita siap menghadapi kenyataan, punyailah modal didalam batin yg kuat, tegar menghadapi apapun. Karena apapun yg ada atau yang terjadi, adalah tidak kekal (dian lilian). |
Minggu, 12 Juni 2011
pikiran itu pelindungku.... benarkah?? owhhhhhhh.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar